Senin, 01 September 2014

Sekelumit Catatan Sejarah tentang Perkebunan Sinagar (Thee Onderneming Sinagar)



( Perkebunan Sinagar 1890 )


Sinagar merupakan nama perkampungan yang terletak di Desa Nagrak Utara Kecamatan Nagrak Kabupaten Sukabumi, sekitar 4 km dari kota Cibadak kearah Utara, dengan ketinggian sekitar 505 mdpl, hawanya sejuk dengan demografi berbukit-bukit.
Pada pertengahan abad ke-18 daerah Sinagar ini telah menjadi daerah perkebunan penghasil teh, dengan nama Perkebunan Teh Sinagar, sekelumit cerita yang dituturkan oleh seorang pedagang Inggris yang pernah singgah di perkebunan Sinagar dalam rangka mengunjungi Keluarga Kerkhoven yang merupakan pemilik perkebunan Teh sinagar.

ARTHUR EARLE seorang pedagang dari Inggris pernah berkunjung ke Sinagar  dan menginap di rumah kerkhoven pada 1889 dan ditulis dalam bukunya berjudul A Month in Java 1889, fyi dlm sebuah novel berjudul The Tea Lords rumah kerkhoven di Sinagar  disebut Gedoeng Koneng, semoga menggambarkan situasi saat itu di Sinagar :
Hari berikutnya saya meninggalkan Buitenzorg menuju Tjibadak dengan kereta api selama 2,5 jam, saya disambut oleh Mr. Kerkhoven dengan ramah, dia sudah menjadi penduduk disitu selama 25 tahun, dia mengajak saya mengunjungi rumah serta kebun tehnya di Sinagar . Kami berangkat sejauh 4 mil menanjak, dirumahnya disambut oleh beberapa pria dan rekan-rekannya yang semuanya lancer berbahasa inggris. Perkebunannya sangat luas sekitar 2,150 hektar, dengan hasil produksi teh sebulan sekitar 140.000 pounsterling. Dan memberikan lapangan kerja untuk sekitar 1.500 karyawan segala usia dan jenis kelamin. Mr. Kerkhoven sangat dihormati dan dianggap ayah oleh penduduk, ia sering mengobrol dan mendengarkan masalah penduduk bahkan dia sering menyelesaikanperselisihan, dan seminggu sekali orang buta, pincang dan cacat dating untuk menerima sedekahdarinya, ia juga membagi-bagikan obat gratis kepada semua penduduk yang dating memerlukan, ketika dia datang semua penduduk menunduk hormat, catatan dan laporan kebun dibawakan oleh kepala penduduk dengan merangkak pake lutut, dia duduk ditangga sampai diperintahkan untuk mendekat menyerahkan surat. Banyak kayu dan bamboo dibelakang yang dibawa penduduk untuk kebutuhan mereka, penduduk Sinagar  semua riang dan cerah, mereka berpakaian dengan warna sejenis, ketika memetik teh mereka menggunakan kostum cerah an indah. Rumahnya terletak sekitar 1.400 kaki sehingga udaranya segar, pabriknya cukup besar, disini saya melihat teh kering, digiling, diayak, dipilih, diurutkan, disortir dan dikemas siap untuk diekspor ke eropa.
Mr. Kerkhoven punya hubungan dengan gamelan yang pernah dipamerkan di paris (Mungkin sari oneng) dan beberapa tetangganya ada yang jadi anggota orchestra gamelan itu, grup orkestranya aneh, ada salah satu instrumennya terbentuk dari kerangka segitiga bamboo kecil, tergantung tegak lurus dengan potongan cekung dari berbagai arah dengan bebagai ukuran, caranya diketuk satu sama lain dan terguncang kebelakang menghasilkan suara yang tidak melodis, disertai hentakan tomtom yang mulanya lambat dan bertahap menjadi cepat (saya kira ini calung).


Gajah di Perkebunan Sinagar Tahun 1900

Hewan di Sinagar  sangat melimpah, ada sekitar 50 kuda yang dipiara, banyak yang jadi kuda balap, dan sebagian lagi dipelihara diperkebunan, para pejantannya diimpor dari inggris. Anjing-anjing lumayan banyak, ada juga gajah entah bagaimana memeliharanya karena angat berat, setiap malam elang berbunyi pas tengah malam, ada juga yucatan yang berbunyi dan terbang dari pohon ke pohon, sementara dikandang banyak burung langka, ada burung beo yang mencolok yang suka mengeje burung lain, ular juga melingkardikandang, sejumlah rusa merumput dihalaman dengan ruang tertutup, babi liar sangat banyak, sementara monyet dapat dilihat melompat dari satu pohon ke pohon lainnya. Suatu malam ada suguhan tari dari gadis2 desa. Menari mereka terdiri terutama dari menempatkan diri dalam berbagai postur, dan memutar tangan dan jari-jari mereka dengan cara yang menakjubkan. Kadang pria bergabung dengan mereka. Musik dibuat oleh sejenis drum dan biola dua senar (Mungkin maksudnya rebab), yang menyertai lagu yang mirip ratapan (sedih), yang belum pernah saya dengarkan sebelumnya.

 ( Rumah Kediaman Kerkhoven di Sinagar Tahun 1892 )

Malam lain yang saya datang untuk konser mingguan yangdiberikan di gudang pabrik kepada orang-orang desa, mereka berkumpul dan dating sejauh 1 mil, biasanya teman2nya berkumpul setiap jumat malam untuk menikmati hiburan. Biaya bandnya ekitar 200 pounsterling yang dibiayai oleh Mr Kerkhoven, alatnya terdiri dari gong, kayu dan logam yang dipukul dengan palu, nadanyateratur, beberapa musiknya sangat merdu (mungkin degungan). Sepertinya sepele tapi asik, muncul kepalanya mengetuk kotak persegi (toroktoktok), music dimulai dengan biola dua senar yang terbuat dari gading, kemudian didepan gamelan dia memainkan boneka (Golek jigana) kisahnya dimulai jam 11 malam dan berlangsung sepanjang malam karena esoknya libur.
Aku tak pernah melupakan konser itu, ratusan pribumi berpakaian dihias, berjongkok ditanah dalam gudang besar yang diterangi oleh lampu minyak kelapa, 3 kursi didepan untuk pemimpin (dalang) dan temannya, pemusik memainkan music, bonekana seolah bicara, sangat menghibur penduduk pribumi.
Selama di Sinagar  juga dihabiskan dengan berenang, melihat anggrek, naik turun melihat bamboo, pisang dan pohon, terlihat juga gunung gedeh dengan asapnya, sayangnya waktuku terbatas dan akhirnya harus berpisah. Kuda-kuda ras kecil sekitar 13 ekor masing-masing segera membawa saya ke stasiun, dan kemudian saya bergabung dengan pria Belanda menawan yang berbicara bahasa Inggris dengan sempurna, Kemudian saya naik kereta menuju bandung, benar-benar pengalaman yang indah.

(Kang Irman Musafir Sufi )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar