( Perkebunan Sinagar 1890 )
Sinagar merupakan nama perkampungan yang terletak di Desa Nagrak Utara Kecamatan Nagrak Kabupaten Sukabumi, sekitar 4 km dari kota Cibadak kearah Utara, dengan ketinggian sekitar 505 mdpl, hawanya sejuk dengan demografi berbukit-bukit.
Pada pertengahan abad ke-18 daerah Sinagar ini telah menjadi
daerah perkebunan penghasil teh, dengan nama Perkebunan Teh Sinagar, sekelumit
cerita yang dituturkan oleh seorang pedagang Inggris yang pernah singgah di
perkebunan Sinagar dalam rangka mengunjungi Keluarga Kerkhoven yang merupakan
pemilik perkebunan Teh sinagar.
ARTHUR EARLE seorang pedagang dari Inggris pernah berkunjung ke Sinagar dan menginap di rumah kerkhoven pada 1889 dan ditulis dalam bukunya berjudul A Month in Java 1889, fyi dlm sebuah novel berjudul The Tea Lords rumah kerkhoven di Sinagar disebut Gedoeng Koneng, semoga menggambarkan situasi saat itu di Sinagar :
Hari berikutnya saya meninggalkan Buitenzorg
menuju Tjibadak dengan kereta api selama 2,5 jam, saya disambut oleh Mr.
Kerkhoven dengan ramah, dia sudah menjadi penduduk disitu selama 25 tahun, dia
mengajak saya mengunjungi rumah serta kebun tehnya di Sinagar . Kami berangkat
sejauh 4 mil menanjak, dirumahnya disambut oleh beberapa pria dan
rekan-rekannya yang semuanya lancer berbahasa inggris. Perkebunannya sangat
luas sekitar 2,150 hektar, dengan hasil produksi teh sebulan sekitar 140.000
pounsterling. Dan memberikan lapangan kerja untuk sekitar 1.500 karyawan segala
usia dan jenis kelamin. Mr. Kerkhoven sangat dihormati dan dianggap ayah oleh
penduduk, ia sering mengobrol dan mendengarkan masalah penduduk bahkan dia
sering menyelesaikanperselisihan, dan seminggu sekali orang buta, pincang dan
cacat dating untuk menerima sedekahdarinya, ia juga membagi-bagikan obat gratis
kepada semua penduduk yang dating memerlukan, ketika dia datang semua penduduk
menunduk hormat, catatan dan laporan kebun dibawakan oleh kepala penduduk
dengan merangkak pake lutut, dia duduk ditangga sampai diperintahkan untuk
mendekat menyerahkan surat. Banyak kayu dan bamboo dibelakang yang dibawa
penduduk untuk kebutuhan mereka, penduduk Sinagar semua riang dan cerah, mereka berpakaian
dengan warna sejenis, ketika memetik teh mereka menggunakan kostum cerah an
indah. Rumahnya terletak sekitar 1.400 kaki sehingga udaranya segar, pabriknya
cukup besar, disini saya melihat teh kering, digiling, diayak, dipilih,
diurutkan, disortir dan dikemas siap untuk diekspor ke eropa.
Mr. Kerkhoven punya hubungan dengan gamelan yang
pernah dipamerkan di paris (Mungkin sari oneng) dan beberapa tetangganya ada
yang jadi anggota orchestra gamelan itu, grup orkestranya aneh, ada salah satu
instrumennya terbentuk dari kerangka segitiga bamboo kecil, tergantung tegak
lurus dengan potongan cekung dari berbagai arah dengan bebagai ukuran, caranya
diketuk satu sama lain dan terguncang kebelakang menghasilkan suara yang tidak
melodis, disertai hentakan tomtom yang mulanya lambat dan bertahap menjadi
cepat (saya kira ini calung).
Gajah di Perkebunan Sinagar Tahun 1900
Hewan di Sinagar sangat melimpah, ada sekitar 50 kuda yang
dipiara, banyak yang jadi kuda balap, dan sebagian lagi dipelihara
diperkebunan, para pejantannya diimpor dari inggris. Anjing-anjing lumayan
banyak, ada juga gajah entah bagaimana memeliharanya karena angat berat, setiap
malam elang berbunyi pas tengah malam, ada juga yucatan yang berbunyi dan
terbang dari pohon ke pohon, sementara dikandang banyak burung langka, ada
burung beo yang mencolok yang suka mengeje burung lain, ular juga
melingkardikandang, sejumlah rusa merumput dihalaman dengan ruang tertutup,
babi liar sangat banyak, sementara monyet dapat dilihat melompat dari satu
pohon ke pohon lainnya. Suatu malam ada suguhan tari dari gadis2 desa. Menari
mereka terdiri terutama dari menempatkan diri dalam berbagai postur, dan
memutar tangan dan jari-jari mereka dengan cara yang menakjubkan. Kadang pria bergabung
dengan mereka. Musik dibuat oleh sejenis drum dan biola dua senar (Mungkin
maksudnya rebab), yang menyertai lagu yang mirip ratapan (sedih), yang belum
pernah saya dengarkan sebelumnya.
Malam lain yang saya datang untuk konser mingguan yangdiberikan di gudang pabrik kepada orang-orang desa, mereka berkumpul dan dating sejauh 1 mil, biasanya teman2nya berkumpul setiap jumat malam untuk menikmati hiburan. Biaya bandnya ekitar 200 pounsterling yang dibiayai oleh Mr Kerkhoven, alatnya terdiri dari gong, kayu dan logam yang dipukul dengan palu, nadanyateratur, beberapa musiknya sangat merdu (mungkin degungan). Sepertinya sepele tapi asik, muncul kepalanya mengetuk kotak persegi (toroktoktok), music dimulai dengan biola dua senar yang terbuat dari gading, kemudian didepan gamelan dia memainkan boneka (Golek jigana) kisahnya dimulai jam 11 malam dan berlangsung sepanjang malam karena esoknya libur.
Aku tak pernah melupakan konser itu, ratusan pribumi berpakaian dihias, berjongkok ditanah dalam gudang besar yang diterangi oleh lampu minyak kelapa, 3 kursi didepan untuk pemimpin (dalang) dan temannya, pemusik memainkan music, bonekana seolah bicara, sangat menghibur penduduk pribumi.
( Rumah Kediaman Kerkhoven di Sinagar Tahun 1892 )
Malam lain yang saya datang untuk konser mingguan yangdiberikan di gudang pabrik kepada orang-orang desa, mereka berkumpul dan dating sejauh 1 mil, biasanya teman2nya berkumpul setiap jumat malam untuk menikmati hiburan. Biaya bandnya ekitar 200 pounsterling yang dibiayai oleh Mr Kerkhoven, alatnya terdiri dari gong, kayu dan logam yang dipukul dengan palu, nadanyateratur, beberapa musiknya sangat merdu (mungkin degungan). Sepertinya sepele tapi asik, muncul kepalanya mengetuk kotak persegi (toroktoktok), music dimulai dengan biola dua senar yang terbuat dari gading, kemudian didepan gamelan dia memainkan boneka (Golek jigana) kisahnya dimulai jam 11 malam dan berlangsung sepanjang malam karena esoknya libur.
Aku tak pernah melupakan konser itu, ratusan pribumi berpakaian dihias, berjongkok ditanah dalam gudang besar yang diterangi oleh lampu minyak kelapa, 3 kursi didepan untuk pemimpin (dalang) dan temannya, pemusik memainkan music, bonekana seolah bicara, sangat menghibur penduduk pribumi.
Selama di Sinagar juga dihabiskan dengan berenang, melihat
anggrek, naik turun melihat bamboo, pisang dan pohon, terlihat juga gunung
gedeh dengan asapnya, sayangnya waktuku terbatas dan akhirnya harus berpisah.
Kuda-kuda ras kecil sekitar 13 ekor masing-masing segera membawa saya ke
stasiun, dan kemudian saya bergabung dengan pria Belanda menawan yang berbicara
bahasa Inggris dengan sempurna, Kemudian saya naik kereta menuju bandung,
benar-benar pengalaman yang indah.