Jumat, 17 Oktober 2014

Jalan yang hilang di Peta Nagrak 1898



Nemu Peta Nagrak di KITLV Digital Media Library yang dibuat oleh Topographisch Bureau tahun  1898.
Saat itu Nagrak merupakan salah satu daerah yang masuk wilayah  :
District                        : Tjiheulang 
Onderafdeeling      : Tjitjoeroeg
Afdeeling                  : Soekaboemi
Regentschap            : Tjiandjoer
Residentie                : Preanger - Regentshappen

Apabila melihat peta tahun 1898 kemudian dibandingkan dengan keadaan fisik sekarang tidak jauh berbeda dan nama - nama daerahnya pun tetap sama seperti sekarang ini, hanya saja ada satu tempat (yang diberi lingkaran merah) dimana pada peta tersebut menujukkan adanya jalan perempatan dan  merupakan jalan besar / utama. kemudian jika kita lihat kondisi sekarang ini jalan tersebut sudah tidak ada diperkirakan perempatan jalan tersebut berada di sebelah utara Lapang Sinagar, yang sekarang ini merupakan jalan pertingga dari darmaga.




Peta Nagrak Tahun 1898

HUT DESA NAGRAK SELATAN KE 34

Dalam rangka memeriahkan Ulang Tahun Desa Nagrak Selatan yang ke-34, Pemerintah Desa Nagrak Selatan telah menyelenggarakan beberapa kegiatan lomba, berupa kompetisi sepakbola antar RT, lomba pidato antar kader Posyandu, lomba Tumpeng, dan perlombaan tradisional lainnya. 

Adapun puncak  kegiatan dari HUT Desa Nagrak Selatan ini adalah Karnaval Pembangunan yang ikuti oleh seluruh ke-RT an yang ada di Desa Nagrak Selatan sebanyak 34 RT. 
Acara tersebut dihadiri pula oleh Sekda Kabupaten Sukabumi yaitu Bapak Adjo Sarjono yang berkenan membuka acara karnaval tersebut. 



Acara Penyambutan Bapak Sekda Kab. Sukabumi


Penyerahan Piala Juara Kompetisi Sepakbola Antar RT.



 
 













Senin, 01 September 2014

Sekelumit Catatan Sejarah tentang Perkebunan Sinagar (Thee Onderneming Sinagar)



( Perkebunan Sinagar 1890 )


Sinagar merupakan nama perkampungan yang terletak di Desa Nagrak Utara Kecamatan Nagrak Kabupaten Sukabumi, sekitar 4 km dari kota Cibadak kearah Utara, dengan ketinggian sekitar 505 mdpl, hawanya sejuk dengan demografi berbukit-bukit.
Pada pertengahan abad ke-18 daerah Sinagar ini telah menjadi daerah perkebunan penghasil teh, dengan nama Perkebunan Teh Sinagar, sekelumit cerita yang dituturkan oleh seorang pedagang Inggris yang pernah singgah di perkebunan Sinagar dalam rangka mengunjungi Keluarga Kerkhoven yang merupakan pemilik perkebunan Teh sinagar.

ARTHUR EARLE seorang pedagang dari Inggris pernah berkunjung ke Sinagar  dan menginap di rumah kerkhoven pada 1889 dan ditulis dalam bukunya berjudul A Month in Java 1889, fyi dlm sebuah novel berjudul The Tea Lords rumah kerkhoven di Sinagar  disebut Gedoeng Koneng, semoga menggambarkan situasi saat itu di Sinagar :
Hari berikutnya saya meninggalkan Buitenzorg menuju Tjibadak dengan kereta api selama 2,5 jam, saya disambut oleh Mr. Kerkhoven dengan ramah, dia sudah menjadi penduduk disitu selama 25 tahun, dia mengajak saya mengunjungi rumah serta kebun tehnya di Sinagar . Kami berangkat sejauh 4 mil menanjak, dirumahnya disambut oleh beberapa pria dan rekan-rekannya yang semuanya lancer berbahasa inggris. Perkebunannya sangat luas sekitar 2,150 hektar, dengan hasil produksi teh sebulan sekitar 140.000 pounsterling. Dan memberikan lapangan kerja untuk sekitar 1.500 karyawan segala usia dan jenis kelamin. Mr. Kerkhoven sangat dihormati dan dianggap ayah oleh penduduk, ia sering mengobrol dan mendengarkan masalah penduduk bahkan dia sering menyelesaikanperselisihan, dan seminggu sekali orang buta, pincang dan cacat dating untuk menerima sedekahdarinya, ia juga membagi-bagikan obat gratis kepada semua penduduk yang dating memerlukan, ketika dia datang semua penduduk menunduk hormat, catatan dan laporan kebun dibawakan oleh kepala penduduk dengan merangkak pake lutut, dia duduk ditangga sampai diperintahkan untuk mendekat menyerahkan surat. Banyak kayu dan bamboo dibelakang yang dibawa penduduk untuk kebutuhan mereka, penduduk Sinagar  semua riang dan cerah, mereka berpakaian dengan warna sejenis, ketika memetik teh mereka menggunakan kostum cerah an indah. Rumahnya terletak sekitar 1.400 kaki sehingga udaranya segar, pabriknya cukup besar, disini saya melihat teh kering, digiling, diayak, dipilih, diurutkan, disortir dan dikemas siap untuk diekspor ke eropa.
Mr. Kerkhoven punya hubungan dengan gamelan yang pernah dipamerkan di paris (Mungkin sari oneng) dan beberapa tetangganya ada yang jadi anggota orchestra gamelan itu, grup orkestranya aneh, ada salah satu instrumennya terbentuk dari kerangka segitiga bamboo kecil, tergantung tegak lurus dengan potongan cekung dari berbagai arah dengan bebagai ukuran, caranya diketuk satu sama lain dan terguncang kebelakang menghasilkan suara yang tidak melodis, disertai hentakan tomtom yang mulanya lambat dan bertahap menjadi cepat (saya kira ini calung).


Gajah di Perkebunan Sinagar Tahun 1900

Hewan di Sinagar  sangat melimpah, ada sekitar 50 kuda yang dipiara, banyak yang jadi kuda balap, dan sebagian lagi dipelihara diperkebunan, para pejantannya diimpor dari inggris. Anjing-anjing lumayan banyak, ada juga gajah entah bagaimana memeliharanya karena angat berat, setiap malam elang berbunyi pas tengah malam, ada juga yucatan yang berbunyi dan terbang dari pohon ke pohon, sementara dikandang banyak burung langka, ada burung beo yang mencolok yang suka mengeje burung lain, ular juga melingkardikandang, sejumlah rusa merumput dihalaman dengan ruang tertutup, babi liar sangat banyak, sementara monyet dapat dilihat melompat dari satu pohon ke pohon lainnya. Suatu malam ada suguhan tari dari gadis2 desa. Menari mereka terdiri terutama dari menempatkan diri dalam berbagai postur, dan memutar tangan dan jari-jari mereka dengan cara yang menakjubkan. Kadang pria bergabung dengan mereka. Musik dibuat oleh sejenis drum dan biola dua senar (Mungkin maksudnya rebab), yang menyertai lagu yang mirip ratapan (sedih), yang belum pernah saya dengarkan sebelumnya.

 ( Rumah Kediaman Kerkhoven di Sinagar Tahun 1892 )

Malam lain yang saya datang untuk konser mingguan yangdiberikan di gudang pabrik kepada orang-orang desa, mereka berkumpul dan dating sejauh 1 mil, biasanya teman2nya berkumpul setiap jumat malam untuk menikmati hiburan. Biaya bandnya ekitar 200 pounsterling yang dibiayai oleh Mr Kerkhoven, alatnya terdiri dari gong, kayu dan logam yang dipukul dengan palu, nadanyateratur, beberapa musiknya sangat merdu (mungkin degungan). Sepertinya sepele tapi asik, muncul kepalanya mengetuk kotak persegi (toroktoktok), music dimulai dengan biola dua senar yang terbuat dari gading, kemudian didepan gamelan dia memainkan boneka (Golek jigana) kisahnya dimulai jam 11 malam dan berlangsung sepanjang malam karena esoknya libur.
Aku tak pernah melupakan konser itu, ratusan pribumi berpakaian dihias, berjongkok ditanah dalam gudang besar yang diterangi oleh lampu minyak kelapa, 3 kursi didepan untuk pemimpin (dalang) dan temannya, pemusik memainkan music, bonekana seolah bicara, sangat menghibur penduduk pribumi.
Selama di Sinagar  juga dihabiskan dengan berenang, melihat anggrek, naik turun melihat bamboo, pisang dan pohon, terlihat juga gunung gedeh dengan asapnya, sayangnya waktuku terbatas dan akhirnya harus berpisah. Kuda-kuda ras kecil sekitar 13 ekor masing-masing segera membawa saya ke stasiun, dan kemudian saya bergabung dengan pria Belanda menawan yang berbicara bahasa Inggris dengan sempurna, Kemudian saya naik kereta menuju bandung, benar-benar pengalaman yang indah.

(Kang Irman Musafir Sufi )

Minggu, 02 Februari 2014

BELAJAR SABAR DENGAN GOWES ...



BELAJAR SABAR DENGAN GOWES






GOWES …..   Merupakan istilah “bahasa gaul” yang sering kita dengar untuk menyebut aktivitas mengayuh pedal pada sepeda. Orang zaman sekarang lebih banyak menyebut kata gowes daripada mengayuh mungkin disebabkan karena kata Gowes lebih simpel dan enak didengar ditelinga daripada kata mengayuh..


Olahraga sepeda menjadi olahraga pilihan yang cukup popular dibanyak kalangan dewasa ini, baik itu tujuan olahraga, sebagai alat transportasi maupun untuk sekedar gaya gayaan.


Tapi dengan gowes selain berolahraga juga dapat melatih kesabaran kita, (itu menurut pendapat saya… :) ), kenapa demikian ???  karena dalam bersepeda kita harus sabar kalau menemukan tanjakan dan jangan terlalu senang kalau sudah mendapat turunan, mungkin saja setelah turunan akan ada tanjakan lagi …. Hehehe, jadi semua harus dinikmati setiap ayuhan pedal sepeda, karena tujuan dari gowes ini sendiri bukan untuk menjadi nomor satu tapi yang lebih penting adalah kebersamaan.


Dengan gowes bisa juga melatih kesabaran kita, apabila kita menghadapi tanjakan yang cukup panjang kalau menuruti nafsu kita inginya cepat menyelesaikan dan sampai di puncak tetapi jangan lupa kita juga harus mengukur kekuatan kita sendiri, disini dituntut kesabaran untuk mengayuh sepeda tahap demi tahap sehingga sampai dipuncak.


Anggota Komunitas NBC (Nagrak Bicycle Club)


Vila Kaca Pawenang


Gowes To Jasula Wangi




Ga kuat di Gowes, didorongpun jadi…. :)